Aku tidak paham apa yang ada di kepalamu. Hanya saja, aku paham betul setiap kali kau berkeluhkesah tentang dia. Kau ternyata belum bisa melupakannya. Kau masih dihantui bayangan orang yang pernah mencintaimu, tetapi kini mencintai yang lain. Sedangkan kau, masih saja bertahan dengan perasaanmu kepadanya. Tanpa pernah mau memulai (seutuhnya) jatuh cinta lagi. Meski sebenarnya seringkali kau jatuh hati. Namun, sang kekasih dari masa lalu masih saja kau jadikan nomor satu. Aku tidak mengerti apa maumu. Namun aku mengeti, kau seseorang yang betah merawat kepiluanmu.
Kau harusnya sadar. Berkali-kali kau mengingatnya. Berkali-kali juga kau harus menahan perih hati tak terkira. Namun, bagimu seolah hidup hanya untuk menderita. Kau tidak pernah mau belajar beralih pada orang baru. Kau masih saja menyimpan dia di hati terdalammu. Berkali-kali aku mengatakan kepadamu. Berkali-kali perkataanku hanya kau anggap angin lalu.
“Bagaimana aku bisa melupakannya. Dia pergi tanpa alasan. Dia meninggalkan aku. Padahal dulu dia mencintai aku sepenuh hati. Berjanji tidak akan berpaling. Berjanji sehidup semati. Lalu, kini kenapa dia seolah tidak punya hati. Mencampakkan aku begitu saja. Membuat aku menjadi manusia tak berharga. Apa dia tidak pernah berpikir, bagaimana susahnya menjaga hati untuk tetap setia?” Kau selalu bersikeras, seolah kau ingin membalas sesuatu padanya. Seolah dengan tetap sendiri, kau masih berharap dia kembali. Lalu kau ingin, menjejalnya dengan pertanyaan yang menumpuk di dadamu.
Tidak salah memang menunggu orang yang kau cinta. Namun, akan menjadi melelahkan jika dia tidak lagi mencintaimu. Sebenarnya kau sudah paham apa yang harus kau lakukan. Kau tahu, dia mencampakkanmu. Kau tahu dia pergi begitu saja. Dan kau tahu, dia hanya pernah mencintaimu. Hanya pernah, tidak lagi cinta! Sadarilah sesungguhnya, selama apapun kau menyiksa dirimu. Semua itu tidak akan menjamin dia kembali. Harusnya kau pahami, setiap orang yang pergi, mau tidak mau dia akan melupakanmu. Meski dia berjanji tidak akan pernah melupakanmu. Harusnya kau pahami. Banyak sekali janji-janji di dunia ini yang hanya tinggal janji. Lalu kenapa kau masih saja menyiksa dirimu dengan menantikannya? Hanya karena sebuah janji sehidup semati yang sebenarnya sudah sejak lama mati.
No comments:
Post a Comment